Semua
anak lahir cerdas, masing-masing diberikan potensi dan keunikan yang
menjadi jalan mereka untuk cerdas di bidangnya masing-masing. Dua macam
kecerdasan dasar yang memicu munculnya kecerdasan yang lain adalah
kecerdasan bahasa dan kecerdasan matematis logis. Dimana di dua
kecerdasan ini banyak orangtua yang salah menstimulus, tidak paham
tujuannya untuk apa, ingin anak-anaknya segera cepat menguasai dua hal
tersebut, sehingga banyak diantara anak-anak BISA menguasai dua
kecerdasan tersebut tetapi mereka TIDAK SUKA. Sebagaimana kita ketahui
di materi sebelumnya bahwa
" Membuat anak BISA itu mudah, membuatnya SUKA baru tantangan "
MATEMATIKA LOGIS
Pada
dasarnya setiap anak dianugerahi kecerdasan matematika logis. Gardner
mendefinisikan kecerdasan matematis logis sebagai kemampuan penalaran
ilmiah, perhitungan secara matematis, berpikir logis, penalaran
induktif/deduktif, dan ketajaman pola-pola abstrak serta
hubungan-hubungan.
Dapat diartikan juga sebagai kemampuan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kebutuhan matematika sebagai solusinya
Menurut
Gardner ada kaitan antara kecerdasan matematika logis dan kecerdasan
bahasa. Pada kemampuan matematika, anak menganalisa atau menjabarkan
alasan logis, serta kemampuan mengkonstruksi solusi dari persoalan yang
timbul. Kecerdasan bahasa diperlukan untuk merunutkan dan menjabarkannya
dalam bentuk bahasa.
CIRI-CIRI ANAK DENGAN KECERDASAN MATEMATIKA LOGIS
a. Anak gemar bereksplorasi untuk memenuhi rasa ingin tahunya seperti menjelajah setiap sudut
b. Mengamati benda-benda yang unik baginya
c. Hobi mengutak-atik benda serta melakukan uji coba
d. Sering bertanya tentang berbagai fenomena dan menuntut penjelasan logis dari tiap pertanyaan yang diajukan.
e. Suka mengklasifikasikan berbagai benda berdasarkan warna, ukuran, jenis dan lain-lain serta gemar berhitung
Yang
sering salah kaprah di dunia pendidikan dan keluarga saat ini adalah
buru-buru menstimulus matematika logis anak dengan cara memberikan
pelajaran berhitung sejak dini. Padahal berhitung adalah bagian kecil
dari sekian banyak stimulus yang harus kita berikan ke anak untuk
merangsang kecerdasan matematika logisnya.Dan harus diawali dengan
berbagai macam tahapan pijakan sebelumnya.
Yang
perlu kita pelajari di Ibu Profesional adalah Bagaimana kita merangsang
kecerdasan matematis logis anak sejak usia dini? Bagaimana kita
menanamkan konsep matematis logis sejak dini? bukan buru-buru
mengajarkan kemampuan berhitung ke anak.
STIMULASI MATEMATIKA LOGIS DI SEKITAR KITA
Bermain Pasir
Dengan bermain pasir anak sesungguhnya belajar estimasi dengan menuang atau menakar yang kelak semua itu ada dalam matematika.
Bermain di Dapur
a.Saat
berada di dapur, kita bisa mengenalkan konsep klasifikasi dan
pengelompokan yang berkaitan dengan konsep logika matematika, misalnya
dengan cara anak diminta mengelompokkan sayuran berdasarkan warna.
b.
Mengasah kemampuan berhitung dalam pengoperasian bilangan sederhana,
misalnya ketika tiga buah apel dimakan satu buah maka sisanya berapa.
c. Membuat bentuk-bentuk geometri melalui potongan sayuran.
d.
Membuat kue bersama, selain dapat menambah keakraban dan kehangatan
keluarga, anak-anak juga dapat belajar matematika melalui kegiatan
menimbang, menakar, menghitung waktu.
Belajar di Meja Makan
Saat
dimeja makan pun kita bisa mengajarkan pembagian dengan bertanya pada
anak, misalnya supaya kita sekeluarga kebagian semua, roti ini kita
potong jadi berapa ya? Lalu bila roti sudah dipotong-potong, angkat satu
bagian dan tanyakan seberapa bagiankah itu? Hal ini terkait dengan
konsep pecahan.
Belajar Memahami Kuantitas
a. ketika melihat akuarium, tanyakan berapa jumlah ikan hias di akuarium tersebut?
b.Ketika duduk di depan ruma atau sedang jalan-jalan, tanyakan berapa jumlah sepeda motor yang lewat dalam jangka waktu 1 menit?
*Belajar mengenalkan konsep perbandingan, kecepatan, konsep panjang dan berat*
a. Menanyakan pada anak roti mana yang ukurannya lebih besar, roti bolu atau donat?
b. Mengenalkan dan menanyakan pada anak, mana yang lebih cepat, mobil atau motor?
c. Mengenalkan dan menanyakan ke anak mana yang lebih tinggi pohon kelapa atau pohon jambu?
d. Menanyakan ke anak mana yang lebih berat, tas kakak atau tas adik?
Kegiatan di Luar Rumah
a.Mengajak anak berbelanja
ketika
kita mengajak anak berbelanja, libatkan ia dalam transaksi sehingga
semakin melatih keterampilan pengoperasian seperti penjumlahan dan
pengurangan.
b. Bisa juga dengan permainan toko-tokoan atau pasar-pasaran dengan teman-temannya.
c.
Kita juga dapat memberikan anak mainan-mainan yang edukatif seperti
balok-balok, tiruan bentuk-bentuk geometri dengan dihubungkan dengan
benda-benda disekitar mereka Ada bentuk-bentuk geometri seperti
segitiga, segiempat, lingkaran, persegi panjang dan lain-lain.
Pengenalan bentuk geometri yang baik, akan membuat anak lebih memahami
lingkungannya dengan baik. Saat melihat roda mobil misalnya anak akan
tahu kalau bentuknya lingkaran, meja bentuknya segiempat, atap rumah
segitiga dan sebagainya.
d. Permainan Tradisional
Permainan-permainan
tradisional pun dapat merangsang dan meningkatkan kecerdasan matematis
logis anak seperti permainan congklak atau dakon sebagai sarana belajar
berhitung, permainan patil lele, permainan lompat tali, permainan
engklek dll.
e.Belajar Memecahkan Masalah ( problem solving) melalui mainan
Menyusun
lego atau bermain puzzle adalah cara agar anak berlatih menghadapi
masalah, tetapi bukan masalah sebenarnya, melainkan sebuah permainan
yang harus dikerjakan anak. Masalah yang mengasyikkan yang membuat anak
tanpa sadar dilatih untuk memecahkan sebuah masalah. Hal ini akan
memperkuat kemampuan anak keluar dari masalah. Misalnya ketika sedang
menalikan sepatu, anak akan berusaha menggunakan seluruh kemampuannya
untuk menyelesaikan hingga tuntas.
Dengan
memberikan stimulus-stimulus tersebut diharapkan anak akan menyukai
pelajaran matematika karena matematika ternyata ada disekitar mereka dan
mereka mengetahui tujuan belajar matematika. Dengan model stimulus ini
anak-anak akan paham makna kabataku (kali, bagi, tambah, kurang) sebagai
sebuah proses alamiah sehari-hari, bukan deretan angka yang bikin
pusing. Mereka jadi paham bahwa :
Menambah ➡ proses menggabungkan
Mengurangi ➡ proses memisahkan
Mengalikan ➡ proses menambah/menjumlahkan secara berulang.
Membagi ➡ proses mengurangi secara berulang.
Tentu
hal ini harus didukung dengan pola pengajaran matematika di rumah dan
di sekolah yang menyenangkan, kreatif, kontekstual, realistik,
menekankan pada proses dan pemahaman anak dan problem solving (pemecahan
masalah).
Kreatif dalam mengenalkan dan mengajarkan konsep matematika serta dengan berbagai macam permainan dan alat peraga yang menarik.
Dengan demikian matematika akan menjadi pelajaran yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu.
Tantangan 10 hari Level 6
Periode 20 Juli - 5 Agustus 2017
Matematika bukan hanya tentang angka dan hitungan namun juga ada hubungannya pada kelogisan berpikir dan pemecahan masalah.
Matematika
tersebar di sekitar kita, seperti saat hebohnya bersama anak anak
mencari segala sesuatu yang berbentuk bulat di dalam rumah, semua
berlarian, melihat sekeliling dan berebutan menyebutkan benda yang
ditemukannya.
Atau saat
seru ngobrol dengan si kakak sambil menghitung jumlah rumah di 1 blok
komplek sehingga menemukan jumlah rumah seluruh cluster yang terdiri
dari 6 blok.
Atau saat indahnya si kecil memotong kue supaya cukup dibagi bersama kakak kakaknya.
Atau saat cerianya bersama anak anak menghitung jumlah langkah kaki ke masjid terdekat.
Saat saat menunggu kakak selesai mengerjakan desain interior kamarnya sendiri,
dan seterusnya ...dan seterusnya.
*Temukan Matematika di sekitarmu*
Bagi anda yang menggunakan blog, berikan label:
IIP
KuliahBunsay
ILoveMath
MathAroundUs
Kirimkan tugas tantangan ke link
Gunakan hashtag:
#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIip
#ILoveMath
#MathAroundUs
Salam Ibu Profesional
/ Tim Fasilitator Bunda Sayang/
Hernowo, Menjadi Guru yang Mampu dan Mau Mengajar dengan Menyenangkan, MLC, 2005_
Howard Gardner, Multiple Intelligence, Gramedia, 2000
Septi Peni Wulandani, Jarimatika, Mudah dan Mneyenangkan, Kawan Pustaka, Agromedia, 2009
